Kamis, 19 Mei 2016

Laporan Praktikum Tumbuhan Air


Publish: Suryaningrat Ana, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Ekologi merupakan gabungan dari dua kata dalam Bahasa Yunani yaitu oikos berarti rumah dan logos berarti ilmu atau pelajaran. Secara etimologis ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dan rumah tangganya. Dengan kata lain defenisi dari ekologi ialah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Berdasarkan defenisi di atas maka yang dimaksud dengan Ekologi Tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbale balik antara tanaman (tumbuhan yang dibudidayakan) dengan lingkungannya.
Danau limboto merupakan sebuah danau yang terletak di kecamatan Limboto, Gorontalo,Provinsi Gorontalo, Indonesia. Danau Limboto dari tahun ke tahun luas dan tingkat kedalamannya  terus berkurang. Luas danau Limboto pada tahun 1999 berkisar antara 1.900-3.000 ha, dengan kedalaman 2-4 meter. Pada tahun 1932, luas perairan ini mencapai 7.000 ha. (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Danau_Limboto).
Air merupakan komponen utama dalam tumbuhan, dimana air menyusun 60-90 % dari berat daun. Jumlah air yang dikandung tiap tanaman berbeda-beda, hal ini bergantung pada habitat dan jemis spesies tumbuhan tersebut. Tumbuhan herba lebih banyak mengandung air daripada tumbuhan perdu. Tumbuhan yang berdaun tebal mempunyai kadar air antara 85-90 %, tumbuhan hidrofik 85-98 % dan tumbuhan mesofil mempunyai kadar air antara 100-300 % (Fitter dan Hay, 1981).

 Tumbuhan air efektif meningkatkan kadar oksigen dalam air melalui proses fotosintesis. Karbondioksida dalam proses fotosintesis diserap dan oksigen dilepas ke dalam air.
1.2        Tujuan
Tujuan dari praktikum mengidentifikasi  jenis tumbuhan air ini yaitu:
1.      Melatih mahasiswa agar terbiasa aktif di lapangan
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan air, khususnya tumbuhan yang terdapat disekitar danau Limboto
1.3        Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu:
1.      Sebagai bahan pembelajaran tentang tumbuhan air











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1        Tumbuhan Air
Menurut Widjaja (2004) dalam Apriandi (2008), tumbuhan air merupakan kumpulan dari berbagai golongan tumbuhan, sebagian kecil terdiii dari lumut dan paku-pakuan, sebagian besar terdiri dari spermatophyta atau tumhuhan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di air. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengolahan air limbab menggunakan tumbuhan air, terdapat beberapa tumbuhan air yang dapat digunakan dalam pengolahan air limbah. Tumbuhan air tersebut antara lain adalah kayu apu (Pistia stratiotes), kangkung (Ipomoea aquatica), eceng gondok (Eichhornia crassipes), kiambang (Salvinia molests), gulma itik (Lentiza sp ), serta berbagai tipe tumbuhan air mencuat dan tenggelam Masing masing tumbuhan air tersebut memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengolah air limbah. Lemna sp. sering digunakan dalam pengolahm air limbah karena ukurannya yang kecil sehingga mernudahkan penanganan clan pemanenannya.
Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan didalam air yang berfungsi sebagai penghasil energi pada suatu ekosistem (Odum dan Barrett, 2005 dalam Kurniawan, 2012). Kehadiran tumbuhan air pada suatu ekosistem perairan darat adalah penting selama populasinya masih terkendali.
Tumbuhan air adalah tumbuhan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di air, mempunyai peranan sebagai produsen primer di perairan yang merupakan sumber makanan bagi konsumen primer atau biofag (antara lain ikan). Di samping itu tumbuhan air juga membantu aerasi perairan melalui fotosintesis, mengatur aliran air, membersihkan aliran yang tercemar melalui proses sedimentasi, serta penyerapan partikel dan mineral. Tumbuhan air merupakan tempat pemijahan ikan, serangga, dan hewan lainnya. Beberapa jenis tumbuhan air juga memberikan sumber makanan langsung untuk manusia seperti kangkung (Ipomoea aquatica). Tumbuhan air seperti ilung (Eicchornia crassipes), purun tikus (Eleochiris dulcis), kumpai minyak (Panicum sp.), dan rumpiang (Pandanus sp.), bento (Leersia hexandra), ganggeng (Hydrilla verticillata), jungkal (Hanguana malayana), kangkung (Ipomoea aquatica), kumpai bulu (Paspalum sp.) merupakan tempat pemijahan ikan pada musim penghujan (Utomo et al., 2001 dalam Burnawi, et al, 2010).
 Tanaman air merupakan bagian dari vegetasi penghuni bumi ini, yang media tumbuhnya adalah perairan. Penyebaranya meliputi perairan air tawar, payau sampai ke lautan dengan beraneka ragam jenis, bentuk dan sifatnya. Jika memperhatikan sifat dan posisi hidupnya di perairan, tanaman air dapat dibedakan dalam 4 jenis, yaitu ; tanaman air yang hidup pada bagian tepian perairan, disebut marginal aquatic plant ; tanaman air yang hidup pada bagian permukaan perairan, disebut floating aquatic plant ; tanaman air yang hidup melayang di dalam perairan, disebut submerge aquatic plant ; dan tanaman air yang tumbuh pada dasar perairan, disebut the deep aquatic plant (Yusuf, 2008).
Tumbuhan air efektif meningkatkan kadar oksigen dalam air melalui proses fotosintesis. Karbondioksida dalam proses fotosintesis diserap dan oksigen dilepas ke dalam air. Menurut Boyd (1991) dalam Puspitaningrum dkk (2008), proses fotosintesis mempunyai manfaat penting dalam akuakultur, di antaranya adalah menyediakan sumber bahan organik bagi tumbuhan itu sendiri serta sumber oksigen yang digunakan oleh semua organism dalam ekosistem perairan.
2.2        Ciri-ciri Tumbuhan Air
Muhsin dan Indrawati (2008), Tumbuhan air (hydrophytes), mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Kutikula tipis, kutikula berperan mencegah kehilangan air, oleh karena itu sebagian besar tumbuhan air memiliki kutikula tipis dan atau tidak memiliki kutikula.
2.      Stomata umumnya selalu terbuka sepanjang waktu, sebab air melimpah dan oleh karena itu tidak membutuhkan mekanisme untuk mempertahankan air.
3.      Terjadi peningkatan jumlah stomata, baik pada permukaan atas maupun bawah
4.      Umumnya mempunyai kantong udara untuk mengapung
5.      Akar kecil/tipis; air dapat berdifusi langsung ke dalam daun
6.      Spesialissi akar untuk mengambil Oksigen
7.      Tumbuhan umumnya mengapung
Tjokrokusumo dan Firman (2003), Menurut bentuk tumbuhnya tumbuhan air dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok seperti yang tercantum dalam lampiran 2, yaitu:
1.      Tumbuhan air yang muncul dari permukaan air (emergent aquatatic macrophytes), contohnya adalah Cirpus lacustris, Phragmites australia dan Typha latifolia.
2.      Tumbuhan air yang mengapung pada permukaan air, contohnya adalah Nymphaea alba, Hydrocotyle vulgaria, Eichhornia crassipes, dan Lemna minor.
3.      Tumbuhan air yang tergenang atau tenggelam di dalam permukaan air, contohnya adalah Potamogeton crispus dan Littorella uniflora.
Anonim (2016), tumbuan tingkat tinggi yang hidup di air menurut cara hidupnya digolongksn menjadi:
1.         Tumbuhan yang daunnya muncul diatas permukaan air, batang di dalam air, dan akar didalam tanah.
Tumbuhan jenis ini memiliki segi positif dengan menyediakan oksigen bagi organisme di udara oleh daunnya yang tumbuh diatas permukaan air, akarnya yang berada didalam tanah juga tidak terlalu mengganggu ketersediaan nutrien dan unsur hara yang ada di air karena nutrien dan unsur hara yang diambilnya berasal dari dalam tanah. Tumbuhan jenis ini juga dapat dijadikan sebagai tempat berkembang biak ikan-ikan dengan melekatkan telurnya pada batangnya. Segi negatif pada tumbuhan jenis ini adalah jika keberadaannya melimpah dapat mengurangi area hidup organisme/hewan perairan sehingga mengganggu pergerakan dan aktivitasnya di air.

2.         Tumbuhan yang daunnya muncul diatas permukaan air, batang dan akarnya melayang didalam air.
Tumbuhan jenis ini memberikan oksigen di udara karena daunnya yang tumbuh di atas permukaan air, akar-akarnya yang melayang didalam air dapat menyerap nutrien dan unsur hara yang terdapat di air, selain itu beberapa jenis tumbuhan ini akarnya dapat menyerap logam seperti besi untuk menetralisir perairan dari pencemaran logam sehingga keberadaannya dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran perairan. Selain itu akarnya bisa dijadikan tempat pemijahan ikan. Seperti eceng gondok, kemampuan tanaman inilah yang banyak di gunakan untuk mengolah air buangan, karena dengan aktivitas tanaman ini mampu mengolah air buangan domestic dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Segi negatif dengan melimpahnya tumbuhan jenis ini adalah akarnya dapat menyerap nutrien dan unsur yang terdapat di air sehingga organisme/hewan air lain tidak memperoleh nutrien dan unsur hara yang cukup untuk tumbuh.
3.         Tumbuhan yang daunnya muncul diatas permukaan air, tidak memiliki batang, dan akarnya melayang didalam air.
Tumbuhan jenis ini kelimpahannya memiliki beberapa segi positif dengan menyerap senyawa toksik terlarut dalam saluran air masuk (irigasi) dan saluran air keluar (drainase) seperti Fe dan SO4 sehingga memiliki sifat toleran terhadap kelarutan besi yang tinggi. Terdapat tumbuhan air jenis ini yang akarnya dapat mengikat logam seperti tanaman gelam Melaleuca sp sehingga dapat menjadi indikator pencemaran air. Sedangkan segi negatif dengan adanya kelimpahan tumbuhan ini adalah terhalangnya cahaya masuk kedalam perairan sehingga organisme/hewan air tidak dapat menerima cahaya dengan baik, selain itu akar-akanya yang tumbuh menyerap nutrien dan unsur hara yang terdapat di air yang seharusnya dikonsumsi oleh organisme/hewan air, contohnya eceng gondok, yang juga dapat menyebabkan pendangkalan perairan.
4.         Tumbuhan yang seluruh tubuhnya melayang didalam air
Tumbuhan jenis ini seluruh aktifitas hidupnya berada di dalam air sehingga daunnya dapat menyediakan oksigen bagi perairan yang dapat dimanfaatkan oleh organisme/hewan air lainnya, selain itu juga tumbuhan jenis ini sebagai makanan bagi organisme/hewan lain. Segi negatif dengan adanya kelimpahan tumbuhan jenis ini adalah mereka dapat menyerap nutrien dan unsur hara yang ada di dalam air sehingga mengurangi ketersediaan nutrien dan unsur hara bagi organisme/hewan lain, selain itu produksi karbondioksidanya keluar didalam air sehingga apabila tumbuhan ini tumbuh melimpah maka akan menyebabkan perairan menjadi asam dan akhirnya dapat mengganggu aktifitas hidup organisme/hewan lain.
5.          Tumbuhan yang daunnya muncul diatas dasar perairan dan akarnya didalam tanah.
Tumbuhan jenis ini dapat menyediakan oksigen bagi air yang dapat dimanfaatkan oleh organisme/hewan air contohnya ikan karena daunnya tumbuh diatas dasar perairan, selain itu juga daunnya bisa menjadi makanan bagi ikan herbivora. Akarnya yang tumbuh didalam dasar perairan/tanah tidak mengganggu unsur hara dan nutrien dalam air karena mereka mengambilnya dari dalam tanah. Daunnya juga bisa menjadi tempat perkembangbiakan dan melekatnya telur ikan. Segi negatif dengan melimpahnya tumbuhan jenis ini dapat mengganggu dengan tingginya kadar karbondioksida dalam air sehingga mempengaruhi aktifitas hidup organisme/hewan air lain seperti ikan, apabila keberadaannya terus melimpah maka dapat menyebabkan air menjadi asam oleh produksi karbondioksida yang melimpah.
2.3         Fungsi Tumbuhan Air
Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan didalam air yang berfungsi sebagai penghasil energi pada suatu ekosistem (Odum dan Barrett, 2005 dalam Kurniawan, 2012). Kehadiran tumbuhan air pada suatu ekosistem perairan darat adalah penting selama populasinya masih terkendali. Fungsi tumbuhan air pada suatu ekosistem perairan darat di antaranya sebagai sumber makanan hewan seperti ikan, tempat ikan meletakkan telurnya dan tempat berlindung bagi hewanhewan seperti invertebrata maupun vertebrata dari teriknya sinar matahari ataupun dari predator. Selain itu, berdasarkan pada proses fisiologinya tumbuhan air dapat mensintesa nutrient dengan bantuan cahaya matahari melalui proses fotosintesis dan secara fisik dapat mengurangi kecepatan aliran air sehingga dapat mengurangi erosi dan menurunkan kadar turbiditas (Newall, 1995; Wetzel and Gopal, 2001 dalam Kurniawan, 2012). Keterkaitan hal-hal tersebut dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas air. Ward et al., (1993) dalam Kurniawan (2012) menyatakan bahwa keanekaragaman tumbuhan air pada suatu perairan akan memperkaya keanekaragaman habitat yang dibentuknya. Makin beranekaragam tumbuhan air, maka makin beranekaragam pula fauna yang dapat ditemukan.
Menurut dari majalah Ecos dalam Tjokrokusumo dan Firman (2003), mengemukakan bahwa tumbuhan air mempunyai kemampuan untuk menyerap hara limbah dalam jumlah besar dengan cepat dan jumlahnya melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman itu sendiri. Oleh karena itu, menyebutkan bahwa tumbuhan air semacam ini sebagai “luxury plant”. Hal ini disebabkan oleh kemampuannya yang dapat menguras unsur hara dalam limbah cair.
Menurut bahwa eceng gondok (Eichhornia crassipes) mampu meyerap ion logam, berbagai jenis anion dan senyawa organik dari suatu larutan. Sedangkan John (1984) dalam Tjokrokusumo dan Firman (2003), membahas bahwa Eichhornia crassipes mampu menurunkan kadar zat padat tersuspensi (TDS), COD, BOD, amonia dan nitrogen total secara berturut-turut sebesar 78%, 92%, 98%, 50%, dan 56% selama 10 hari waktu tinggal (detention time).










BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1        Waktu dan Tempat
Praktkum ekologi perairan ini di laksananakan pada hari minggu tanggal 17 April 2016, pukul 07.30 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di dermaga Desa Iluta, Kecamatan Bautudaa, Kabupaten Gorontalo.
3.2        Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ekologi perairan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum

No
Alat dan Bahan
Fungsi
1
Tali Rafia
Untuk Membuat Transek
2
Patok Kayu
Untuk Menahan Tali
3
ATK
Untuk Mencatat Hasil
4
Kamera (HP)
Untuk Mengambil Dokumentasi
5
Buku Identifikasi
Untuk Mengidentifikasi Tanaman Air
6
Tanaman Air
Sebagai Bahan Untuk di Identifikasi

3.3        Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ekologi perairan:
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum.
2.      Memasang patok kayu untuk menahan tali.
3.      Membuat transek dari tali rafia dengan ukuran 5 x 5 m.
4.      Mengamati tumbuhan, organisme, substat dari lokasi yang sudah dipasang transek.
5.      Menghitung kerapatan tiap jenis tumbuhan air yang terdapat di dalam transek.
6.      Mengukur lebar daun dan tinggi tumbuhan air.
7.      Mencatat hasil



















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1        Hasil
Hasil pengamatan dari identifikasi tumbuhan air disajikan pada tabel berikut:



4.2        Pembahasan
A.    Kerapatan Tumbuhan
Pada praktikum ekologi tumbuhan air dilakukan di sekitar danau Limboto. Gunanya untuk mengetahui keanekaragaman dan kerapatan tumbuhan tingkat tinggi dalam suatu wilayah. Kerapatan tanaman dapat diartikan sebagai jumlah tanaman yang yang terdapat dalam satuan luas lahan. Kerapatan tanaman merupakan factor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena penyerapan energy matahari oleh permukaan daun yang sangat menentukan pertumbuhan tanaman.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metode kuadran. Metode kuadran ini lebih mudah dan cepat digunakan untuk mengetahui komposisi dan dominasi dan menaksir volume tanaman tersebut. Metode ini sering kali juga disebut plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan area tertentu, area cuplike hanya berupa titik.
Dengan membuat plot/petak yang berukuran 1 x 1 meter, dengan kuadaran 5 x 5 meter. Kegunaan plot tersebut untuk menetukan kerapatan tumbuhan yang ada pada wilayah tersebut, tumbuhan yang dihitung dalam kerapatan yaitu tumbuhan yang ada dalam plot tersebut.
Kerapatan adalah jumlah individu (tegakan) persatuan luas. Kerapatan masing-masing jenis pada setiap stasiun dihitung dengan menggunakan rumus (Odum, 1993 dalam Umar, 2014), sebagai berikut:
Keterangan : Di = Kerapatan spesies (tegakan/1 m2)
                     Ni = Jumlah total tegakan spesies
                     A  = Luas daerah yang disampling (1 m2)
a.       Kerapatan Rumput Teki (Cyperus esculentus)
b.      Kerapatan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)
Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa jenis tumbuhan air yang ditemukan di sekitar danau limboto, khususnya pada stasiun 7 sebanyak 2 jenis yang termasuk dalam 2 famili, yaitu family Cyperaceae dan family Pontederiaceae. Jenis tumbuhan yang berasal dari family Cyperaceae adalah spesies Cyperus rotundus L, sedangkan jenis tumbuhan dari family Pontederiaceae adalah spesies E. crassipes. Secara umum jenis-jenis tumbuhan air yang ditemukan di sekitar danau Limboto khususnya pada stasiun 7 sebagai berikut :
a)      Rumput Teki (Cyperus rotundus L)
Menurut Sugati (1991) dalam Yudistyawan (2012) rumput teki diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Cyperales
Suku : Cyperaceae
Marga : Cyperus
Jenis : Cyperus rotundus L.
Nama umum/dagang : Teki


 







    Gambar 1. Cyperus rotundus L Yang ditemukan di lokasi praktikum (Dok. Pribadi, 2016)
Rumput teki mempunyai tinggi sekitar 15-95 cm, batang segitiga. Daun 4-10 helai terdapat pada pangkal batang membentuk roset akar, dengan pelepah daun tertutup tanah. Helaian daun bangun pita, pertulangan daun sejajar, tepi daun rata, permukaan atas berwarna hijau mengkilap dengan panjang 10-60 cm, dan lebar 2-6 mm.
Tumbuhan Cyperus rotundus dalam fotosintesisnya termasuk tumbuhan C4 dimana tumbuhan yang berjalur fotosintesis C4 lebih efisien menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing berebut cahaya pada keadaan cuaca mendung dengan tanaman penghasil.
Rumput teki tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari pada lapangan rumput, pinggir jalan, tegalan, atau lahan pertanian yang tumbuh sebagai gulma yang sukar diberantas. Rumput ini bisa tumbuh pada bermacam-macam tanah dan terdapat dari 1-1000 meter dpl (Dalimartha, 2009).
b)      Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Suku : Pontederiaceae
Marga : Eichhornia
Spesies : Eichornia crassipes Solms (Anonim, 2010 dalam Hamaja, 2014)








 







Gambar 2. Eceng Gondok Yang ditemukan di lokasi praktikum (Dok. Pribadi, 2016)
Eceng gondok merupakan tumbuhan yang hidup dalam perairan terbuka. Mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila air dangkal. Perkembangbiakan eceng gondok terjadi secara vegetative maupun secara generatif. Perkembangan secara vegetatif terjadi bila tunas baru tumbuh dari ketiak daun, lalu membesar dan akhirnya menjadi tumbuhan baru. Setiap 10 tanaman eceng gondok mampu berkembangbiak menjadi 600.000 tanaman baru dalam waktu 8 bulan. Hal ini membuat eceng gondok dimanfaatkan untuk pengolahan air limbah. Eceng gondok dapat mencapai ketinggian antara 40 - 80 cm dengan daun yang licin dan panjangnya 7 - 25 cm. Tumbuhan eceng gondok terdiri atas helai daun, pengapung, leher daun, ligula, akar, akar rambut, ujung akar, dan stolon yang dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan vegetatif (Anonim, 2010).


c)      Kondisi Substrat
Kondisi substrat dilokasi praktikum untuk pertumbuhan rumput teki dan eceng gondok berlumpur halus. Eceng gondok merupakan tumbuhan yang hidup dalam perairan terbuka. Mengapung bila air dalam dan berakar didasar apabila airnya dangkal. Sedangkan Rumput teki tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari pada lapangan rumput, pinggir jalan, tegalan, atau lahan pertanian yang tumbuh sebagai gulma yang sukar diberantas.
Tepian badan air terbuka seperti daerah rawa, pantai merupakan hamparan lumpur yang memungkinkan kolonisasi tumbuhan ketika ketinggian air rendah pada musim kemarau. Substrat ini lembab dan kaya mineral, sehingga vegetasi dapat tumbuh sangat cepat (Van Dobben, 1967 dalam Crime, 1979).
 




BAB V
PENUTUP
5.1           Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.   Kerapatan tiap jenis tumbuhan air rumput teki (Cyperus rotundus L.) dan eceng gondok (Eichhornia crassipes) masing-masing 1,04 m2  dan 0,72 m2.
2.   Tumbuhan air yang ditemukan di dominasi oleh rumput teki (Cyperus rotundus L.) dengan jumlah kerapatan 1,04 m2.
5.2           Saran
Dalam melalukan praktikum mengamati jenis tumbuhan air, khususnya dalam menghitung kerapatan sebaiknya dilakukan dengan baik dan benar untuk mendapatkan data yang benar dan akurat.










DAFTAR PUSTAKA

Apriandi, Tri. 2008. Kombinasi Bakteri dan Tumbuhan Air Sebagai Bioremediator Dalam Mereduksi Kandungan Bahan Organik Limbah Kantin. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Burnawi., G Subroto. 2010. Jenis Tumbuhan Air di Suaka Perikanan Awang Landas Perairan Sungai Barito, Kalimantan Selatan. Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Mariana-Palembang

Kurniawan, Riky. 2012. Keragaman Jenis dan Penutupan Tumbuhan Air di Ekosistem Danau Tempe, Sulawesi Selatan. Pusat Penelitian Limnologi Lipi. Cibinong

Muhsin., Indrawati. 2008. Keanekaragaman Tumbuhan Air pada Perairan Sungai dan Rawa di Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal. Vol 16 No 02. ISSN 0854-0667

Puspitaningrum, M., M, Izzati., S. Haryanti. 2008. Produksi dan Konsumsi Oksigen Terlarut Oleh Beberapa Tumbuhan Air. Jurusan Biologi. MIPA. INDIP

Tjokrokusumo, S, W., F,L, Sahwan. 2003. Tanaman Potensial Penyerap Limbah Studi Kasus di Pulau Batam. Pusat Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi Lingkungan. Badan Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi

Yusuf, Guntur.2008. Bioremediasi Limbah Rumah Tangga Dengan Simulasi Tanaman Air. Jurnal Bumi Lestari. Vol 8 No 2. Fakultas MIPA. Universitas Islam Makassar. KOPERTIS WILL XI











LAMPIRAN

13007199_968664636573883_1399790426521014354_n.jpg                                                                                                                                                                                                                                                                                   








Alat yang digunakan pada praktikum


PEMASANGAN TRANSEK.jpg
 
           










Pemasangan Transek kuadran


12994334_968667629906917_8506522804098580324_n.jpg
 












Rumput Teki yang ditemuka di lokasi praktikum




12985507_968667806573566_2546891494652204221_n.jpg
 
           











Eceng gondok yang ditemukan di lokasi praktikum
T. TUMBUHAN.jpg          














Mengukur tinggi rumput teki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar