Publish: Suryaningrat Ana, 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ekologi merupakan gabungan dari dua kata
dalam Bahasa Yunani yaitu oikos berarti rumah dan logos berarti
ilmu atau pelajaran. Secara etimologis ekologi berarti ilmu tentang makhluk
hidup dan rumah tangganya. Dengan kata lain defenisi dari ekologi ialah ilmu
yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Berdasarkan defenisi di atas maka yang dimaksud dengan Ekologi Tanaman adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbale
balik antara tanaman (tumbuhan yang
dibudidayakan) dengan lingkungannya.
Danau limboto merupakan sebuah danau
yang terletak di kecamatan Limboto, Gorontalo,Provinsi Gorontalo, Indonesia.
Danau Limboto dari tahun ke tahun luas dan tingkat kedalamannya terus berkurang. Luas danau Limboto pada
tahun 1999 berkisar antara 1.900-3.000 ha, dengan kedalaman 2-4 meter. Pada
tahun 1932, luas perairan ini mencapai 7.000 ha. (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Danau_Limboto).
Air merupakan komponen utama dalam
tumbuhan, dimana
air menyusun 60-90 % dari berat daun. Jumlah air yang dikandung tiap tanaman
berbeda-beda, hal ini bergantung pada habitat dan jemis spesies tumbuhan
tersebut. Tumbuhan herba lebih banyak mengandung air daripada tumbuhan perdu.
Tumbuhan yang berdaun tebal mempunyai kadar air antara 85-90 %, tumbuhan
hidrofik 85-98 % dan tumbuhan mesofil mempunyai kadar air antara 100-300 %
(Fitter dan Hay, 1981).
Tumbuhan air efektif meningkatkan kadar
oksigen dalam air melalui proses fotosintesis. Karbondioksida dalam proses
fotosintesis diserap dan oksigen dilepas ke dalam air.
1.2
Tujuan
Tujuan dari
praktikum mengidentifikasi jenis
tumbuhan air ini yaitu:
1. Melatih
mahasiswa agar terbiasa aktif di lapangan
2. Untuk
mengetahui jenis-jenis tumbuhan
air, khususnya tumbuhan yang terdapat disekitar danau Limboto
1.3
Manfaat
Manfaat dari
praktikum ini yaitu:
1. Sebagai
bahan pembelajaran tentang tumbuhan air
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tumbuhan
Air
Menurut Widjaja (2004) dalam Apriandi (2008), tumbuhan air
merupakan kumpulan dari berbagai golongan tumbuhan, sebagian kecil terdiii dari
lumut dan paku-pakuan, sebagian besar
terdiri dari spermatophyta atau tumhuhan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya
berada di air. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengolahan
air limbab menggunakan tumbuhan air, terdapat beberapa tumbuhan air yang dapat
digunakan dalam pengolahan air limbah. Tumbuhan air tersebut antara lain adalah
kayu apu (Pistia stratiotes), kangkung (Ipomoea aquatica), eceng gondok
(Eichhornia crassipes), kiambang (Salvinia molests), gulma itik (Lentiza sp ),
serta berbagai tipe tumbuhan air mencuat dan tenggelam Masing masing tumbuhan
air tersebut memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengolah air limbah. Lemna sp. sering digunakan
dalam pengolahm air limbah karena ukurannya yang kecil sehingga mernudahkan
penanganan clan pemanenannya.
Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang
tinggal di sekitar air dan didalam air yang berfungsi sebagai penghasil energi
pada suatu ekosistem (Odum dan Barrett, 2005 dalam Kurniawan, 2012). Kehadiran tumbuhan air pada suatu ekosistem
perairan darat adalah penting selama populasinya masih terkendali.
Tumbuhan air adalah tumbuhan yang
sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di air, mempunyai peranan sebagai
produsen primer di perairan yang merupakan sumber makanan bagi konsumen primer
atau biofag (antara lain ikan). Di samping itu tumbuhan air juga membantu
aerasi perairan melalui fotosintesis, mengatur aliran air, membersihkan aliran yang
tercemar melalui proses sedimentasi, serta penyerapan partikel dan mineral.
Tumbuhan air merupakan tempat pemijahan ikan, serangga, dan hewan lainnya.
Beberapa jenis tumbuhan air juga memberikan sumber makanan langsung untuk manusia
seperti kangkung (Ipomoea aquatica). Tumbuhan air seperti ilung (Eicchornia
crassipes), purun tikus (Eleochiris dulcis), kumpai minyak (Panicum
sp.), dan rumpiang (Pandanus sp.), bento (Leersia hexandra),
ganggeng (Hydrilla verticillata), jungkal (Hanguana malayana),
kangkung (Ipomoea aquatica), kumpai bulu (Paspalum sp.)
merupakan tempat pemijahan ikan pada musim penghujan (Utomo et al., 2001
dalam Burnawi, et al, 2010).
Tanaman air merupakan bagian dari vegetasi
penghuni bumi ini, yang media tumbuhnya adalah perairan. Penyebaranya meliputi
perairan air tawar, payau sampai ke lautan dengan beraneka ragam jenis, bentuk
dan sifatnya. Jika memperhatikan sifat dan posisi hidupnya di perairan, tanaman
air dapat dibedakan dalam 4 jenis, yaitu ; tanaman air yang hidup pada bagian
tepian perairan, disebut marginal aquatic plant ; tanaman air yang hidup pada
bagian permukaan perairan, disebut floating aquatic plant ; tanaman air yang
hidup melayang di dalam perairan, disebut submerge aquatic plant ; dan tanaman
air yang tumbuh pada dasar perairan, disebut the deep aquatic plant (Yusuf,
2008).
Tumbuhan air efektif meningkatkan kadar
oksigen dalam air melalui proses fotosintesis. Karbondioksida dalam proses
fotosintesis diserap dan oksigen dilepas ke dalam air. Menurut Boyd (1991) dalam Puspitaningrum
dkk (2008), proses fotosintesis mempunyai
manfaat penting dalam akuakultur, di antaranya adalah menyediakan sumber bahan
organik bagi tumbuhan itu sendiri serta sumber oksigen yang digunakan oleh
semua organism dalam
ekosistem perairan.
2.2
Ciri-ciri
Tumbuhan Air
Muhsin dan Indrawati (2008), Tumbuhan
air (hydrophytes), mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Kutikula
tipis, kutikula berperan mencegah kehilangan air, oleh karena itu sebagian
besar tumbuhan air memiliki kutikula tipis dan atau tidak memiliki kutikula.
2. Stomata
umumnya selalu terbuka sepanjang waktu, sebab air melimpah dan oleh karena itu
tidak membutuhkan mekanisme untuk mempertahankan air.
3. Terjadi
peningkatan jumlah stomata, baik pada permukaan atas maupun bawah
4. Umumnya
mempunyai kantong udara untuk mengapung
5. Akar
kecil/tipis; air dapat berdifusi langsung ke dalam daun
6. Spesialissi
akar untuk mengambil Oksigen
7. Tumbuhan
umumnya mengapung
Tjokrokusumo dan Firman
(2003), Menurut bentuk tumbuhnya tumbuhan air dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
kelompok seperti yang tercantum dalam lampiran 2, yaitu:
1.
Tumbuhan
air yang muncul dari permukaan air (emergent aquatatic macrophytes), contohnya
adalah Cirpus lacustris, Phragmites australia dan Typha latifolia.
2.
Tumbuhan
air yang mengapung pada permukaan air, contohnya adalah Nymphaea alba, Hydrocotyle
vulgaria, Eichhornia crassipes, dan Lemna minor.
3.
Tumbuhan
air yang tergenang atau tenggelam di dalam permukaan air, contohnya adalah
Potamogeton crispus dan Littorella uniflora.
Anonim (2016), tumbuan tingkat
tinggi yang hidup di air menurut cara hidupnya digolongksn menjadi:
1.
Tumbuhan yang daunnya muncul
diatas permukaan air, batang di dalam air, dan akar didalam tanah.
Tumbuhan jenis ini memiliki segi positif dengan menyediakan oksigen bagi
organisme di udara oleh daunnya yang tumbuh diatas permukaan air, akarnya yang
berada didalam tanah juga tidak terlalu mengganggu ketersediaan nutrien dan
unsur hara yang ada di air karena nutrien dan unsur hara yang diambilnya
berasal dari dalam tanah. Tumbuhan jenis ini juga dapat dijadikan sebagai tempat
berkembang biak ikan-ikan dengan melekatkan telurnya pada batangnya. Segi
negatif pada tumbuhan jenis ini adalah jika keberadaannya melimpah dapat
mengurangi area hidup organisme/hewan perairan sehingga mengganggu pergerakan
dan aktivitasnya di air.
2.
Tumbuhan yang daunnya
muncul diatas permukaan air, batang dan akarnya melayang didalam air.
Tumbuhan
jenis ini memberikan oksigen di udara karena daunnya yang tumbuh di atas
permukaan air, akar-akarnya yang melayang didalam air dapat menyerap nutrien
dan unsur hara yang terdapat di air, selain itu beberapa jenis tumbuhan ini
akarnya dapat menyerap logam seperti besi untuk menetralisir perairan dari
pencemaran logam sehingga keberadaannya dapat dijadikan sebagai indikator
pencemaran perairan. Selain itu akarnya bisa dijadikan tempat pemijahan ikan.
Seperti eceng gondok, kemampuan tanaman inilah yang banyak di gunakan untuk
mengolah air buangan, karena dengan aktivitas tanaman ini mampu mengolah air
buangan domestic dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Segi negatif dengan
melimpahnya tumbuhan jenis ini adalah akarnya dapat menyerap nutrien dan unsur
yang terdapat di air sehingga organisme/hewan air lain tidak memperoleh nutrien
dan unsur hara yang cukup untuk tumbuh.
3.
Tumbuhan yang daunnya
muncul diatas permukaan air, tidak memiliki batang, dan akarnya melayang
didalam air.
Tumbuhan jenis ini kelimpahannya
memiliki beberapa segi positif dengan menyerap senyawa toksik terlarut dalam
saluran air masuk (irigasi) dan saluran air keluar (drainase) seperti Fe dan
SO4 sehingga memiliki sifat toleran terhadap kelarutan besi yang tinggi.
Terdapat tumbuhan air jenis ini yang akarnya dapat mengikat logam seperti
tanaman gelam Melaleuca sp sehingga dapat menjadi indikator pencemaran air.
Sedangkan segi negatif dengan adanya kelimpahan tumbuhan ini adalah
terhalangnya cahaya masuk kedalam perairan sehingga organisme/hewan air tidak
dapat menerima cahaya dengan baik, selain itu akar-akanya yang tumbuh menyerap
nutrien dan unsur hara yang terdapat di air yang seharusnya dikonsumsi oleh
organisme/hewan air, contohnya eceng gondok, yang juga dapat menyebabkan
pendangkalan perairan.
4.
Tumbuhan yang seluruh tubuhnya
melayang didalam air
Tumbuhan jenis ini seluruh aktifitas hidupnya berada di dalam air sehingga
daunnya dapat menyediakan oksigen bagi perairan yang dapat dimanfaatkan oleh
organisme/hewan air lainnya, selain itu juga tumbuhan jenis ini sebagai makanan
bagi organisme/hewan lain. Segi negatif dengan adanya kelimpahan tumbuhan jenis
ini adalah mereka dapat menyerap nutrien dan unsur hara yang ada di dalam air
sehingga mengurangi ketersediaan nutrien dan unsur hara bagi organisme/hewan
lain, selain itu produksi karbondioksidanya keluar didalam air sehingga apabila
tumbuhan ini tumbuh melimpah maka akan menyebabkan perairan menjadi asam dan
akhirnya dapat mengganggu aktifitas hidup organisme/hewan lain.
5.
Tumbuhan yang daunnya muncul diatas dasar perairan dan akarnya didalam
tanah.
Tumbuhan jenis ini dapat menyediakan oksigen bagi air yang dapat
dimanfaatkan oleh organisme/hewan air contohnya ikan karena daunnya tumbuh
diatas dasar perairan, selain itu juga daunnya bisa menjadi makanan bagi ikan
herbivora. Akarnya yang tumbuh didalam dasar perairan/tanah tidak mengganggu
unsur hara dan nutrien dalam air karena mereka mengambilnya dari dalam tanah.
Daunnya juga bisa menjadi tempat perkembangbiakan dan melekatnya telur ikan.
Segi negatif dengan melimpahnya tumbuhan jenis ini dapat mengganggu dengan
tingginya kadar karbondioksida dalam air sehingga mempengaruhi aktifitas hidup
organisme/hewan air lain seperti ikan, apabila keberadaannya terus melimpah
maka dapat menyebabkan air menjadi asam oleh produksi karbondioksida yang
melimpah.
2.3
Fungsi
Tumbuhan Air
Tumbuhan air merupakan tumbuhan
yang tinggal di sekitar air dan didalam air yang berfungsi sebagai penghasil
energi pada suatu ekosistem (Odum dan Barrett, 2005 dalam Kurniawan, 2012). Kehadiran tumbuhan air pada suatu ekosistem perairan darat
adalah penting selama populasinya masih terkendali. Fungsi
tumbuhan air pada suatu ekosistem perairan darat di antaranya sebagai sumber
makanan hewan seperti ikan, tempat ikan meletakkan telurnya dan tempat
berlindung bagi hewanhewan seperti invertebrata maupun vertebrata dari teriknya
sinar matahari ataupun dari predator. Selain itu, berdasarkan pada proses
fisiologinya tumbuhan air dapat mensintesa nutrient dengan bantuan cahaya
matahari melalui proses fotosintesis dan secara fisik dapat mengurangi kecepatan
aliran air sehingga dapat mengurangi erosi dan menurunkan kadar turbiditas
(Newall, 1995; Wetzel and Gopal, 2001 dalam
Kurniawan, 2012). Keterkaitan hal-hal tersebut dapat memberikan kontribusi
pada peningkatan kualitas air. Ward et al., (1993) dalam Kurniawan (2012) menyatakan bahwa keanekaragaman tumbuhan air
pada suatu perairan akan memperkaya keanekaragaman habitat yang dibentuknya. Makin
beranekaragam tumbuhan air, maka makin beranekaragam pula fauna yang dapat
ditemukan.
Menurut dari majalah Ecos dalam
Tjokrokusumo dan Firman (2003), mengemukakan bahwa tumbuhan air
mempunyai kemampuan untuk menyerap hara limbah dalam jumlah besar dengan cepat
dan jumlahnya melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman itu
sendiri. Oleh karena itu, menyebutkan bahwa tumbuhan air semacam ini
sebagai “luxury plant”. Hal ini
disebabkan oleh kemampuannya yang dapat menguras unsur hara dalam limbah cair.
Menurut bahwa
eceng gondok (Eichhornia crassipes) mampu meyerap ion logam, berbagai jenis
anion dan senyawa organik dari suatu larutan. Sedangkan
John (1984) dalam Tjokrokusumo dan Firman (2003), membahas bahwa Eichhornia
crassipes mampu menurunkan kadar zat padat tersuspensi (TDS),
COD, BOD, amonia dan nitrogen total secara berturut-turut sebesar 78%, 92%,
98%, 50%, dan 56% selama 10 hari waktu tinggal (detention time).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1
Waktu
dan Tempat
Praktkum ekologi perairan ini di
laksananakan pada hari minggu tanggal 17 April 2016, pukul 07.30 WITA sampai dengan
selesai. Bertempat di dermaga Desa Iluta, Kecamatan Bautudaa, Kabupaten
Gorontalo.
3.2
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum ekologi perairan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
1. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum
No
|
Alat dan Bahan
|
Fungsi
|
1
|
Tali Rafia
|
Untuk Membuat Transek
|
2
|
Patok Kayu
|
Untuk Menahan Tali
|
3
|
ATK
|
Untuk Mencatat Hasil
|
4
|
Kamera (HP)
|
Untuk Mengambil Dokumentasi
|
5
|
Buku Identifikasi
|
Untuk Mengidentifikasi Tanaman Air
|
6
|
Tanaman Air
|
Sebagai Bahan Untuk di Identifikasi
|
3.3
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ekologi
perairan:
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum.
2. Memasang
patok kayu untuk menahan tali.
3. Membuat
transek dari tali rafia dengan ukuran 5 x 5 m.
4. Mengamati
tumbuhan, organisme, substat dari lokasi yang sudah dipasang transek.
5. Menghitung
kerapatan tiap jenis tumbuhan air yang terdapat di dalam transek.
6. Mengukur
lebar daun dan tinggi tumbuhan air.
7. Mencatat
hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Hasil pengamatan dari
identifikasi tumbuhan air disajikan pada tabel berikut:
4.2
Pembahasan
A. Kerapatan
Tumbuhan
Pada praktikum ekologi tumbuhan air
dilakukan di sekitar danau Limboto. Gunanya untuk mengetahui keanekaragaman dan
kerapatan tumbuhan tingkat tinggi dalam suatu wilayah. Kerapatan tanaman dapat
diartikan sebagai jumlah tanaman yang yang terdapat dalam satuan luas lahan.
Kerapatan tanaman merupakan factor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
karena penyerapan energy matahari oleh permukaan daun yang sangat menentukan
pertumbuhan tanaman.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini
yaitu metode kuadran. Metode kuadran ini lebih mudah dan cepat digunakan untuk
mengetahui komposisi dan dominasi dan menaksir volume tanaman tersebut. Metode
ini sering kali juga disebut plot less method karena tidak membutuhkan plot
dengan area tertentu, area cuplike hanya berupa titik.
Dengan membuat plot/petak yang berukuran
1 x 1 meter, dengan kuadaran 5 x 5 meter. Kegunaan plot tersebut untuk
menetukan kerapatan tumbuhan yang ada pada wilayah tersebut, tumbuhan yang
dihitung dalam kerapatan yaitu tumbuhan yang ada dalam plot tersebut.
Kerapatan adalah jumlah individu (tegakan)
persatuan luas. Kerapatan masing-masing jenis pada setiap stasiun dihitung
dengan menggunakan rumus (Odum, 1993 dalam
Umar, 2014), sebagai
berikut:

Keterangan : Di = Kerapatan spesies (tegakan/1 m2)
Ni =
Jumlah total tegakan spesies
A = Luas daerah yang disampling (1 m2)
a.
Kerapatan Rumput Teki (Cyperus esculentus)


b.
Kerapatan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)


Berdasarkan
tabel 2 diatas menunjukkan bahwa jenis tumbuhan air yang ditemukan di sekitar danau
limboto, khususnya pada stasiun 7 sebanyak 2 jenis yang
termasuk dalam 2 famili, yaitu family Cyperaceae
dan family Pontederiaceae. Jenis
tumbuhan yang berasal dari family Cyperaceae
adalah spesies Cyperus rotundus L,
sedangkan jenis tumbuhan dari family Pontederiaceae
adalah spesies E. crassipes. Secara
umum jenis-jenis tumbuhan air yang ditemukan di sekitar danau Limboto khususnya
pada stasiun 7 sebagai berikut :
a) Rumput
Teki (Cyperus rotundus L)
Menurut Sugati (1991) dalam Yudistyawan (2012) rumput teki
diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Bangsa
: Cyperales
Suku
: Cyperaceae
Marga
: Cyperus
Jenis
: Cyperus rotundus L.
Nama
umum/dagang : Teki
Gambar 1. Cyperus
rotundus L Yang ditemukan di lokasi praktikum (Dok. Pribadi, 2016)
Rumput teki mempunyai tinggi sekitar
15-95 cm, batang segitiga. Daun 4-10 helai terdapat pada pangkal batang
membentuk roset akar, dengan pelepah daun tertutup tanah. Helaian daun bangun
pita, pertulangan daun sejajar, tepi daun rata, permukaan atas berwarna hijau
mengkilap dengan panjang 10-60 cm, dan lebar 2-6 mm.
Tumbuhan Cyperus rotundus dalam
fotosintesisnya termasuk tumbuhan C4 dimana tumbuhan yang berjalur fotosintesis
C4 lebih efisien menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat bersaing
berebut cahaya pada keadaan cuaca mendung dengan tanaman penghasil.
Rumput teki tumbuh liar di tempat
terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari pada lapangan rumput,
pinggir jalan, tegalan, atau lahan pertanian yang tumbuh sebagai gulma yang
sukar diberantas. Rumput ini bisa tumbuh pada bermacam-macam tanah dan terdapat
dari 1-1000 meter dpl (Dalimartha, 2009).
b) Eceng
Gondok (Eichhornia crassipes)
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Suku : Pontederiaceae
Marga : Eichhornia
Spesies
: Eichornia crassipes Solms (Anonim, 2010 dalam Hamaja, 2014)
Gambar 2. Eceng Gondok Yang
ditemukan di lokasi praktikum (Dok. Pribadi, 2016)
Eceng gondok merupakan tumbuhan yang
hidup dalam perairan terbuka. Mengapung bila air dalam dan berakar didasar bila
air dangkal. Perkembangbiakan eceng gondok terjadi secara vegetative maupun
secara generatif. Perkembangan secara vegetatif terjadi bila tunas baru tumbuh
dari ketiak daun, lalu membesar dan akhirnya menjadi tumbuhan baru. Setiap 10
tanaman eceng gondok mampu berkembangbiak menjadi 600.000 tanaman baru dalam
waktu 8 bulan. Hal ini membuat eceng gondok dimanfaatkan untuk pengolahan air
limbah. Eceng gondok dapat mencapai ketinggian antara 40 - 80 cm dengan daun
yang licin dan panjangnya 7 - 25 cm. Tumbuhan eceng gondok terdiri atas helai
daun, pengapung, leher daun, ligula, akar, akar rambut, ujung akar, dan stolon
yang dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan vegetatif (Anonim, 2010).
c)
Kondisi Substrat
Kondisi substrat dilokasi
praktikum untuk pertumbuhan rumput teki dan eceng gondok berlumpur halus. Eceng
gondok merupakan tumbuhan yang hidup
dalam perairan terbuka. Mengapung bila air dalam dan berakar didasar apabila airnya dangkal. Sedangkan Rumput teki
tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari pada
lapangan rumput, pinggir jalan, tegalan, atau lahan pertanian yang tumbuh
sebagai gulma yang sukar diberantas.
Tepian badan air terbuka
seperti daerah rawa, pantai merupakan hamparan lumpur yang memungkinkan kolonisasi
tumbuhan ketika ketinggian air rendah pada musim kemarau. Substrat ini lembab
dan kaya mineral, sehingga vegetasi dapat tumbuh sangat cepat (Van Dobben, 1967
dalam Crime, 1979).
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kerapatan
tiap jenis tumbuhan air rumput teki (Cyperus rotundus L.) dan eceng gondok (Eichhornia crassipes) masing-masing 1,04
m2 dan 0,72 m2.
2. Tumbuhan
air yang ditemukan di dominasi oleh rumput teki (Cyperus rotundus L.) dengan jumlah kerapatan 1,04 m2.
5.2
Saran
Dalam melalukan praktikum mengamati
jenis tumbuhan air, khususnya dalam menghitung kerapatan sebaiknya dilakukan
dengan baik dan benar untuk mendapatkan data yang benar dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Apriandi,
Tri. 2008. Kombinasi Bakteri dan Tumbuhan Air Sebagai Bioremediator Dalam
Mereduksi Kandungan Bahan Organik Limbah Kantin. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
Burnawi., G Subroto. 2010. Jenis Tumbuhan Air di
Suaka Perikanan Awang Landas Perairan Sungai Barito, Kalimantan Selatan. Balai
Riset Perikanan Perairan Umum, Mariana-Palembang
Kurniawan,
Riky. 2012. Keragaman Jenis dan Penutupan Tumbuhan Air di Ekosistem Danau Tempe,
Sulawesi Selatan. Pusat Penelitian Limnologi Lipi. Cibinong
Muhsin.,
Indrawati. 2008. Keanekaragaman Tumbuhan Air pada Perairan Sungai dan Rawa di
Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal.
Vol 16 No 02. ISSN 0854-0667
Puspitaningrum, M., M, Izzati., S. Haryanti.
2008. Produksi dan Konsumsi Oksigen Terlarut Oleh Beberapa Tumbuhan Air.
Jurusan Biologi. MIPA. INDIP
Tjokrokusumo,
S, W., F,L, Sahwan. 2003. Tanaman Potensial Penyerap Limbah Studi Kasus di
Pulau Batam. Pusat Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi Lingkungan. Badan
Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi
Yusuf,
Guntur.2008. Bioremediasi Limbah Rumah Tangga Dengan Simulasi Tanaman Air. Jurnal Bumi Lestari. Vol 8 No 2. Fakultas MIPA. Universitas Islam
Makassar. KOPERTIS WILL XI
LAMPIRAN

Alat yang
digunakan pada praktikum
![]() |
Pemasangan
Transek kuadran
![]() |
Rumput Teki yang
ditemuka di lokasi praktikum
![]() |
Eceng gondok
yang ditemukan di lokasi praktikum

Mengukur tinggi
rumput teki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar