Minggu, 13 Desember 2015

Laporan Penangkapan (Gillnet)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penangkapan merupakan kegiatan untuk memperoleh ikan diperairan yang tidak dalam dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah atau mengawetkannya.
Jaring insang adalah satu jenis alat tangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama besar, jumlah mata jaring ke arah panjang jauh lebih banyak dari pada jumlah mata jaring ke arah vertikal, pada bagian atas dilengkapi beberapa pelampung dan di bagian bawah dilengkapi beberapa pemberat sehingga memungkinkan jarring dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak (Martasuganda, 2002). Menurut King (1995) salah satu alat tangkap yang selektif adalah gillnet atau jaring insang. Jaring insang merupakan alat tangkap yang selektif terhadap ukuran dan jenis ikan dimana ukuran mata jaring (mesh size) bisa diperkirakan sesuai dengan ukuran ikan yang akan ditangkap. Pada prinsipnya, cara penangkapan ikan dengan jaring insang ini adalah menghadang ikan yang sedang beruaya, sehingga ikan akan menabrak jaring dan terjerat pada mata jaring (gilled) ataupun terpuntal pada tubuh jaring (entangled).
Gillnet sering diterjemahkan juga sebagai dengan jaring insang, karna pada dasar pemikiran nya ikan-ikan yang tertangkap atau terjerat pada insangnya. Dan pada umum nya ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah jenis ikan yang horizontal migrasinya dan vertikal migrasinya tidak seberapa aktif. Dan jenis ikan yang tertangkap dengan gillnet ini adalah jenis ikan-ikan yang berenang dekat permukaan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan praktikum ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian alat tangkap gillnet (jaring insang).
2. Untuk mengetahui metode pengoperasian jaring insan (gillnet).
3. Untuk mengetahui hasil dan jenis tangkapan dengan menggunakan gillnet (jaring insang).
4. Unuk mengetahui jenis-jenis ikan hasil tangkapan dengan menggunakan gillnet.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat penyusunan laporan praktikum ini yakni agar mahasiswa mampu memenuhi tugas praktikum yang diberikan dan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang alat tangkap gillnet (jaring insang).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Klasifikasi Alat Tangkap Gillnet (Jaring Insang)
Jaring insang adalah satu jenis alat tangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama besar, jumlah mata jaring ke arah panjang jauh lebih banyak dari pada jumlah mata jaring ke arah vertikal, pada bagian atas dilengkapi beberapa pelampung dan di bagian bawah dilengkapi beberapa pemberat sehingga memungkinkan jarring dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak (Martasuganda, 2002). Menurut King (1995) salah satu alat tangkap yang selektif adalah gillnet atau jaring insang. Jaring insang merupakan alat tangkap yang selektif terhadap ukuran dan jenis ikan dimana ukuran mata jaring (mesh size) bisa diperkirakan sesuai dengan ukuran ikan yang akan ditangkap. Pada prinsipnya, cara penangkapan ikan dengan jaring insang ini adalah menghadang ikan yang sedang beruaya, sehingga ikan akan menabrak jaring dan terjerat pada mata jaring (gilled) ataupun terpuntal pada tubuh jaring (entangled).
Gillnet (jarring insang) adalah salah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jarring monofilament atau multifilament yang dibentuk menjadi empat persegi panjang, kemudian pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan pemberat (singkers) sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jarring insang dapat dipasang di daerah penangkapan (pemukiman, kolom perairan, atau di dasar perairan) dalam keadaan tegak menghadang ikan. Jumlah mata jarring ke arah horizontal atau ke arah mesh length (ML) jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah mata jarring ke arah vertikal atau ke arah mesh depth (MD). Martasuganda Sulaeman, 2009 dalam Bakpas, 2011).
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Jaring insang (gillnet) merupakan jaring berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata yang sama di sepanjang jaring. Dinamakan jaring insang karena berdasarkar cara tertangkapnya, ikan terjerat di bagian insangnya pada mata jaring. Menurut Subani dan Barus (1999) Gillnet atau jaring insang adalah suatu alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris atas-bawah (kadang tanpa ris bawah sebagian dari jaring udang barong). Menurut PERMEN. KP Nomor. PER.08/MEN/2008. Tentang Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Jaring Insang (Gillnet) Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Gillnet adalah alat penangkapan ikan yang jaring yang berbentuk empat persegi panjang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan atau terpuntal dioperasikan di permukaan, pertengahan dan dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan tujuan menangkap ikan pelagis dan demersal.
Gillnet atau jaring insang adalah suatu alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris atas bawah (kadang tanpa ris bawah : sebagian dari jaring udang barong). (Subani dan Barus ,1999 dalam Bakpas,2011).
2.2 Sejarah Alat Tangkap Gillnet
Dalam bahasa Jepang gill net disebut dengan istilah “sasi ami”, yang berdasarkan pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ialah dengan proses bahwa ikan-ikan tersebut “menusukkan diri-sasu” pada “jaring-ami”. Di Indonesia penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutkan nya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring kuro, jaring udang dsb nya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang Bayeman), dan lain sebagainya. Tertangkapnya ikan ikan-ikan dengan gill net ialah dengan cara bahwa ikan-ikan tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring atupun terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring.
2.3 Kontruksi Gillnet
Konstruksi umum, yang disebutkan dengan gillnet ialah jaring yang berbentuk persegi panjang yang mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan kata lain, jumlah mezh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mezh size pada arah panjang jaring. Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah diletakkan pemberat (sinker). Dengan menggunakan gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju ke atas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring di dalam air yang bergerak menuju ke bawah, maka jaring akan terlentang. Detail konstruksi, kedua ujung jaring diikatkan pemberat. Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera atau bertanda yang dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring. Karakteristik, gillnet berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung yang terbuat dari plastik, pemberat pemberat yang terbuat dari timah, tali ris atas dan tali ris bawah yang bahannya terbuat dari plastik. Besarnya mata jaring bervariasi tergantung sasaran yang akan ditangkap baik udang maupun ikan. (Ayodhyoa, 1974 dalam Bakpas, 2011).
Warna jaring pada gillnet harus disesuaikan dengan warna perairan tempat gillnet dioperasikan, kadang dipergunakan bahan yang transparan seperti monofilament agar jaring tersebut tidak dapat dilihat oleh ikan bila dipasang diperairan (Sadhori, 1985 dalam Bakpas, 2011).
Klasifikasi jaring insang berdasarkan jumlah lembar jaring utama dibedakan menjadi tiga, yaitu jaring insang satu lembar (single gillnet), jaring insang dua lembar (double gillnet atau semi trammel net), dan jaring insang tiga lembar (trammel net) (Martasuganda, 2002). Berdasarkan kedudukan jaring di dalam perairan dan metode pengoperasiannya jaring insang dibedakan menjadi empat, yaitu jaring insang permukaan (surface gillnet), jaring insang dasar (bottom gillnet), jaring insang hanyut (drift gillnet), dan jaring lingkar (encircling gillnet/ surrounding gillnet) (Ayodhyoa, 1981). Sedangkan menurut Subani dan Barus (1989) berdasarkan cara pengoperasiannya dibedakan menjadi lima, yaitu jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring insang labuh (set gillnet), jaring insang karang (coral reef gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), dan jaring insang tiga lapis (trammel net).



Klasifikasi jaring insang berdasarkan metode pengoperasian:
1. Jaring insang menetap (set gillnet/fixed gillnet)


2. Jaring insang giring (frightening gillnet/drive gillnet)


3. Jaring insang hanyut (drift gillnet)


4. Jaring insang lingkar (encircling gillnet)


5. Jaring insang giring (frightening gillnet/drive gillnet)


6. Jaring insang sapu (rowed gillnet)



2.4 Metode Pengoperasian Gillnet (jaring insang)
A. Setting
Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan pemasangan jaring insang tetap oleh anak buah kapal (ABK). Jaring insang tetap dipasang tegak lurus terhadap arus sehingga nantinya akan dapat menghadang gerombolan ikan, akhirnya ikan tertangkap karena terjerat pada bagian operculum (penutup insang) atau dengan cara terpuntal. Pemasangan jaring insang tetap sebaiknya bukan pada alur pelayaran. Pertama yang diturunkan pada saat pengoperasian adalah pelampung tanda, kemudian jangkar (pemberat) (Sudirman dan Mallawa, 2004 dalam Bakpas, 2011).
B. Hauling
Setelah jaring terentang dengan sempurna, maka dalam waktu tertentu, umumnya 2-5 jam dilakukan penarikan jaring. Pada saat penarikan jaring, jaring diatur dengan baik agar memudahkan pengoperasian selanjutnya ( Sudirman dan Mallawa, 2004 dalam Bakpas, 2011). Setelah dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul sudah cukup banyak, maka dilakukan hauling dengan menarik jaring insang tetap dari perairan ke permukaan (jaring ditarik keatas kapal). Setelah semua hasil tangkap dan jaring ditarik kemudian baru dilakukan kegiatan penyortiran terhadap hasil tangkapan.
2.5 Daerah Penangkapan
Daerah penangkapan ikan merupakan suatu daerah perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta ekonomis. Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan.
Hal ini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal perairan terdapat sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula jika terjadi sebaliknya. Pengetahuan mengenai daerah penangkapan ikan meliputi kelimpahan, kepadatan stok, sifat fisik lingkungan, pola migrasi dan distribusi jenis-jenis ikan sangat penting, seperti daerah terumbu karang (Nelwan, 2004) .
2.6 Jenis-Jenis Ikan Yang Tertangkap
karena jaring ini direntang pada permukaan perairan (surfice gillnet), maka hasil yang di peroleh adalah jenis-jenis ikan yaitu Ikan Layang (Decapterus russelli), Layang deles (Decapterus macrosoma) dan ikan Tongkol (Auxis Thazard), Musa Hi. Suleman (2012). Ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan yang bergelombolan dan berenag di atas permukaan ataupun ikan-ikan damersal.
Karena jaring ini direntangkan dekat pada dasar laut, berarti jenis – jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan – ikan dasar atau ikan – ikan demersal. Operasi peangkapannya sama dengan surface gillnet. Perbedaannya hanya posisi jaringan dalam air. Pada umumnya menjadi fishing ground adalah daerah pantai, teluk, muara yang menyebabkan pula jenis ikan yang tertangkap dapat berbagai jenis, misalnya hering, cod, flat fish, halbur, mackarel, sea bream, dan sebagainya.
Tertangkapnya ikan – ikan dengan gillnet ialah dengan cara ikan – ikan tersebut terjerat pada mata jaring atau terbelit pada tubuh jaring. Pada umumnya ikan – ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah jenis ikan horizontal migration dan vertikal migration (Malawa dan Sudirman, 2002).
Adapun 3 cara ikan tertangkap pada alat tangkap gillnet, seperti yang diilustrasikan dalam gambar berikut :
1. Snagged
Dimana mata jaring mengelilingi ikan tepat di belakang mata ikan.

2. Gilled
Dimana mata jaring mengelilingi ikan tepat di belakang tutup insang.

3. Wedged
Dimana mata jaring mengelilingi badan sejauh sirip punggung.



BAB III
METODE PRAKTIKUM
4.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 04 Juni 2015 bertempat di Desa Iluta, Kecamatan Kecamatan Batudaa, Kabupaten Bonebolango, Propinsi Gorontalo.
4.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini sebagaimana yang disajikan pada tabel berikut:
No Alat dan Bahan Fungsi
1 Kuisisoner Sebagai pertanyaan yang disajikan kepada responden
2 Pulpen Untuk mencatat data
3 Camera Untuk pengambilan gambar dokumentasi
4 Gillnet Sebagai bahan praktek

4.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu dengan terjun langsung ke lokasi dan melakukan wawancara pada masyarakat nelayan yang mempunyai alat tangkap gillnet (Jaring Insang), selanjutnya membuat laporan hasil wawancara yang dilalukan.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil wawancara terhadap tiga (3) responden nelayan alat tangkap gill net adalah sebagai berikut:

1. Responden Pertama
A. Identitas Responden
1. Nama : Harton Budion
2. Umur : 48 Tahun
3. Status : pemilik
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Asal daerah : Desa Olele, Kabupaten Gorontalo
6. Jumlah anggota keluarga : 5 orang
7. Jumlah anggota keluarga yang bekerja : 3 orang
8. Jumlah anak yang sekolah : 1 orang
9. Pendidikan tertinggi :  SD
10. Jumlah ABK yang bekerja : -
11. Hubungan pemilik dengan ABK : -
12. Pengalaman ABK : -

B. Investasi / Modal (FC)
1. Cara memperoleh modal :  Modal sendiri
2. Biaya tetap :
a. Pengadaan kapal :Rp 8.000.000, - Daya Tahan 3,5 Tahun
b. Mesin Penggerak Kapal : Rp 3.500.000,- Daya Tahan 6 tahun
b. Pengadaan alat tangkap : Rp 1.000.000,- Daya Tahan 3 tahun
c. Mesin bantu : -
3. Kapal ukuran panjang = 6 m; Lebar = 0,95 m; tinggi = 0,85 m dan terbuat dari bahan kayu/papan

C. Biaya Operasional
1. Biaya akomodasi / ransum : -
2. Biaya bahan bakar : Rp. 70.000,- / trip
3. Air : Rp 100.000 / trip / bulan
5. Oil Rp 40.000/trip; Es/Garam Rp 9000/balok/trip
D. Produksi
1. Apa motifasi Bapak menggunakan alat tangkap :
 Disamping untuk ekspor juga konsumsi masyarakat lokal
2. Berapa trip anda melaut perbulannya :
3. Musim penangkapan puncak : 15 Kg/trip. pada dari bln Agustus s/d bln September
4. Musim penangkapan sedang : 10 Kg/trip. pada dari bulan Januari s/d bulan juni
5. Musim penangkapan paceklik : 7 Kg/trip. pada dari bulan …….,. s/d bulan tidak menentu
6. Penerimaan upah ABK Rp.....,-/trip/orang; penerimaan kotor per trip ABK
Rp. 25.000,-/orang; pendapatan bersih per trip ABK Rp 2.000.000,-
7. Biaya eksploitasi gill net (Musim puncak) Rp 7.000.000./trip/bln;
8. Trip per bulan (puncak 20 hari; biasa.............hari; paceklik...................hari;
9. Harga jual musim puncak :  Rp.10.000/ kg  Rp 5.000/ 12 ekor
10. Harga jual musim sedang :  Rp 15.000/ kg  Rp 5.000/10 ekor
11. Harga jual musim paceklik :  Rp 25.000/ kg  Rp ..../ ekor
12. Jumlah produksi :
E. Aspek Teknik
1. Pengaruh lingkungan perairan terhadap pengoperasian alat penangkap ikan. Semakin besar pengaruh lingkungan maka skor semakin kecil.
(-) Pengaruh lingkungan sedang
2. Tingkat keterampilan nelayan yang diperlukan dalam pengoperasian alat tangkap.
(-) Terampil
1. Tingkat teknologi yang digunakan nelayan. Tingkat teknologi dicirikan oleh alat bantu yang digunakan :
(-) Lampu listrik
4. Kapasitas muat kapal (ton) 32 jumlah hari per trip G. Persepsi nelayan terhadap keberadaan ikan cakalang :
(-) Tidak tahu
F. Kecenderungan jumlah hasil tangkapan dari waktu ke waktu merupakan salah satu indicator kondisi sumberdaya ikan yang ada dalam suatu perairan :
(-) Tetap
G. Kecenderungan ukuran ikan yg tertangkap dari waktu ke waktu :
(-) Tetap
H. Penerimaan masyarakat terhadap alat tangkap ikan yg ada di wilayahnya yaitu:
(-) Sebagian besar nelayan menerima
I. Persaingan dalam penentuan daerah penangkapan ikan :
(-) Kecil
J. Rincian aspek sosial :
 Jumlah tenaga kerja per unit alat (orang):
 Penerimaan nelayan terhadap jenis alat tangkap
 Persepsi tentang kehabisan ikan
 Kecenderungan jumlah hasil tangkapan (skor)
 Kecenderungan ukuran ikan tertangkap (skor)
 Kemungkinan pemilikan alat








2. Responden Kedua
A. Identitas Responden
1. Nama : Iklan Budion
2. Umur : 28 tahun
3. Status : Pemilik
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Asal daerah : Desa Olele, Kabupaten Gorontalo
6. Jumlah anggota keluarga : 2 orang
7. Jumlah anggota keluarga yang bekerja : 1 orang
8. Jumlah anak yang sekolah : -
9. Pendidikan tertinggi :  SD
10. Jumlah ABK yang bekerja : -
11. Hubungan pemilik dengan ABK :
12. Pengalaman ABK :  Mampu menjalankan dan mengerti tentang cara penangkapan dengan menggunakan gillnet

B. Investasi / Modal (FC)
1. Cara memperoleh modal :  Modal sendiri
2. Biaya tetap :
a. Pengadaan Kapal : Rp 6.000.000,-Daya Tahan 2 Tahun
b. Mesin Penggerak Kapal : Rp 2.500.000,- Daya Tahan 6 tahun
c. Pengadaan alat tangkap : Rp 1.500.000,- Daya Tahan 1,5 tahun
d. Mesin bantu : Rp -
3. Kapal ukuran panjang = 3,2 m; Lebar = 42 cm; tinggi = 80 cm dan terbuat dari bahan Kayu
C. Biaya Operasional
1. Biaya akomodasi / ransum : Rp
2. Biaya bahan bakar : Rp. 54.000
3. Air : Rp 100.000 / trip / bulan
5. Oil 40.000 /trip; Es/Garam Rp 3.000/trip

D. Produksi
10. Apa motifasi Bapak menggunakan alat tangkap :
 Disamping untuk ekspor juga konsumsi masyarakat lokal
11. Berapa trip anda melaut perbulannya : 2 kali/minggu
12. Musim penangkapan puncak : 50 Kg/trip. pada dari bln ..s/d bln..
13. Musim penangkapan sedang : 20 Kg/trip. pada dari bulan.. s/d bulan..
14. Musim penangkapan paceklik : 100 Kg/trip. pada dari bulan …….,. s/d bulan ….…
15. Penerimaan upah ABK Rp. ....-/trip/orang; penerimaan kotor per trip ABK
Rp. ...,-/orang; pendapatan bersih per trip ABK Rp ....,-
16. Biaya eksploitasi gill net (Musim puncak) Rp ..../trip/bln; ... Trip per bulan; biasa.............hari; paceklik...................hari;
9. Harga jual musim puncak :  Rp. 15.000/ kg  Rp ../ ekor
10. Harga jual musim sedang :  Rp 20.000/ kg  Rp ../ekor
11. Harga jual musim paceklik :  Rp 30.000/ kg  Rp .../ ekor
12. Jumlah produksi :
E. Aspek Teknik
1. Pengaruh lingkungan perairan terhadap pengoperasian alat penangkap ikan. Semakin besar pengaruh lingkungan maka skor semakin kecil.
(-) Pengaruh lingkungan sedang
2. Tingkat keterampilan nelayan yang diperlukan dalam pengoperasian alat tangkap.
(-) Terampil
3. Tingkat teknologi yang digunakan nelayan. Tingkat teknologi dicirikan oleh alat bantu yang digunakan :
(-) Bamboo
4. Kapasitas muat kapal (ton)... jumlah hari per trip G. Persepsi nelayan terhadap keberadaan ikan cakalang :
(-) Tidak tahu
F. Kecenderungan jumlah hasil tangkapan dari waktu ke waktu merupakan salah satu indicator kondisi sumberdaya ikan yang ada dalam suatu perairan :
(-) Tetap
G. Kecenderungan ukuran ikan yg tertangkap dari waktu ke waktu :
(-) Tetap
H. Penerimaan masyarakat terhadap alat tangkap ikan yg ada di wilayahnya yaitu:
(-) Sebagaian kecil nelayan menerima
I. Persaingan dalam penentuan daerah penangkapan ikan :
(-) Besar
J. Rincian aspek sosial :
 Jumlah tenaga kerja per unit alat (orang)
 Penerimaan nelayan terhadap jenis alat tangkap
 Persepsi tentang kehabisan ikan
 Kecenderungan jumlah hasil tangkapan (skor)
 Kecenderungan ukuran ikan tertangkap (skor)
 Kemungkinan pemilikan alat










3. Responden Ketiga
A. Identitas Responden
1. Nama : Opan Ali
2. Umur : 38 tahun
3. Status : Sewaan.
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Asal daerah : Gorontalo
6. Jumlah anggota keluarga : 5 orang
7. Jumlah anggota keluarga yang bekerja : 1 orang
8. Jumlah anak yang sekolah : 2 orang
9. Pendidikan tertinggi :  SD
10. Jumlah ABK yang bekerja : 15 orang
11. Hubungan pemilik dengan ABK :  Orang lain
12. Pengalaman ABK :  Menangkap Ikan

B. Investasi / Modal (FC)
1. Cara memperoleh modal :  Meminjam kepada orang
2. Biaya tetap :
a. Mesin Penggerak Kapal : Rp 150. 000. 000,- Daya Tahan 1 tahun
b. Pengadaan alat tangkap : Rp 50. 000.000,- Daya Tahan 3 tahun
c. Mesin bantu : Rp 3. 000.000,- Daya Tahan 1 tahun
3. Kapal ukuran panjang = 15 m; Lebar = 5 m; tinggi = 3 m dan terbuat dari bahan kayu/papan
C. Biaya Operasional
1. Biaya akomodasi / ransum : Rp 3.000.000,-/ trip
2. Biaya bahan bakar : Rp. 200.000,- / trip
3. Air : Rp 100.000 / trip / bulan
5. Oil Rp 250.000/trip; Es/Garam Rp 200.000/trip
D. Produksi
17. Apa motifasi Bapak menggunakan alat tangkap :
 Sangat bagus untuk mendapatkan ikan
18. Berapa trip anda melaut perbulannya : tergantung keadaan cuaca biasanya hampr setiap hari menangkap ikan
19. Musim penangkapan puncak : 4000 Kg/trip. pada dari bln juli s/d bln desember
20. Musim penangkapan sedang : 400 Kg/trip. pada dari bulan april s/d bulan juni
21. Musim penangkapan paceklik : 100 Kg/trip. pada dari bulan …….,. s/d bulan ….…
22. Penerimaan upah ABK Rp. 150.000,-/trip/orang; penerimaan kotor per trip ABK
Rp. 25.000,-/orang; pendapatan bersih per trip ABK Rp 1.500.000,-
23. Biaya eksploitasi gill net (Musim puncak) Rp 5.000.000./trip/bln; 8. Trip per bulan (puncak 20 hari; biasa.............hari; paceklik...................hari;
9. Harga jual musim puncak :  Rp. 8.000/ kg  Rp 3.000/ ekor
10. Harga jual musim sedang :  Rp 15.000/ kg  Rp 6.000/ekor
11. Harga jual musim paceklik :  Rp 20.000/ kg  Rp 8.000/ ekor
12. Jumlah produksi : ± 300 kg / trip / bulan
E. Aspek Teknik
2.1 Pengaruh lingkungan perairan terhadap pengoperasian alat penangkap ikan. Semakin besar pengaruh lingkungan maka skor semakin kecil.
(-) Pengaruh lingkungan sedang
2. Tingkat keterampilan nelayan yang diperlukan dalam pengoperasian alat tangkap.
(-) Terampil
2. Tingkat teknologi yang digunakan nelayan. Tingkat teknologi dicirikan oleh alat bantu yang digunakan :
(-) Lampu genset
4. Kapasitas muat kapal (ton) 20 jumlah hari per trip G. Persepsi nelayan terhadap keberadaan ikan cakalang :
(-) Tidak tahu
F. Kecenderungan jumlah hasil tangkapan dari waktu ke waktu merupakan salah satu indicator kondisi sumberdaya ikan yang ada dalam suatu perairan :
(-) Tetap
G. Kecenderungan ukuran ikan yg tertangkap dari waktu ke waktu :
(-) Tetap
H. Penerimaan masyarakat terhadap alat tangkap ikan yg ada di wilayahnya yaitu:
(-) Rata-rata nelayan menerima
I. Persaingan dalam penentuan daerah penangkapan ikan :
(-) Kecil
J. Rincian aspek sosial :
 Jumlah tenaga kerja per unit alat 22 orang (1 Nakoda, 2 Mesin, 1 KKM, 18 ABK)
 Penerimaan nelayan terhadap jenis alat tangkap
(-) Lebih banyak
 Persepsi tentang kehabisan ikan
(-) Tidak habis
 Kecenderungan jumlah hasil tangkapan (skor)
(-) Tetap
 Kecenderungan ukuran ikan tertangkap (skor)
(-) Tetap
 Kemungkinan pemilikan alat
(-) Mungkin/boleh

4.2 Pembahasan
Sesuai hasil yang diperoleh dari ketiga responden tersebut tidak berbeda jauh presepsi atau pendapat mereka tentang alat tangkap gill net diantaranya :
a. Investasi / Modal (FC)
Biaya investasi termasuk komponen biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi untuk penangkapan ikan dengan alat gill net dari ketiga responden terdiri dari cara memperoleh modal ada yang diperoleh dari bantuan lunak pemerintah dan ada yang meminjam uang dari orang, biaya pengadaan kapal seperti mesin penggerak kapal ± Rp 200.000.000 - Rp 250.000.000,- pengadaan alat tangkapnya ± Rp 500.000.000 – Rp 750.000.000,- dan mesin bantunya ± Rp 7.000.000 – Rp 75.000.000,-.
Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun yang seluruhnya dibiayai dari dana sendiri pengusaha (pemilik kapal). Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah pembelian jaring, komponen terbesar kedua adalah biaya pembelian Kapal, kemudian disusul oleh biaya pembelian peralatan pendukung.
b. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan penjumlahan dari biaya variabel dan biaya tetap. Besar biaya variabel sangat tergantung pada jumlah produksi, dalam hal ini banyaknya trip. Komponen dari biaya operasional antara lain: bahan bakar, perbekalan. Sementara itu, besar biaya tetap tidak dipengaruhi oleh banyaknya trip.
Berdasarkan wawancara di lapangan kepada tiga (3) orang responden, biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai ± Rp 5.000.000 – 9.000.000,- /trip, jenis biayanya seperti biaya akomodasi ± Rp 3.000.000 – Rp 7.000.000,-/trip, biaya bahan bakar ± Rp 500.000 – 7.000.000,-/ trip, harga pembelian air ± Rp 100.000,- pembelian oli ± Rp 250.000 – Rp 1.500.000,- dan pembelian Es serta garam untuk ikan ± Rp 150.000 – 200.000,-.
c. Produksi
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.
Hasil wawancara yang ditanyakan kepada tiga (3) responden, terkait motivasi untuk menggunakan alat tangkap gill net adalah sangat baik dan efektif untuk mendapatkan ikan. Trip yang dilakukan para nelayan untuk melaut tergantung keadaan cuaca serta ada yang perbulannya melakukan penangkapan.
Potensi perikanan tangkap yang ada di Provinsi Gorontalo khususnya di perairan Teluk Tomini untuk jumlah ikan pelagis besar, pelagis kecil dan demersal mencapai 32.560 ton/tahun (Bappeda, 2005). Sedangkan sesuai hasil wawancara untuk sekali trip ikan pada musim penangkapan puncak yang diperoleh mencapai ± 5000 – 10.000 kg/trip terjadi pada bulan juli – desember, musim penangkapan sedang terjadi pada bulan april – juni ± 500 – 1000 kg/trip, dan musim penangkapan paceklik ikan yang tertangkap ± 100 kg/trip.
Penerimaan upah anak buah kapal (ABK) sesuai wawancara yang di peroleh untuk sekali tripnya mendapatkan ±Rp 200.000/trip/orang, penerimaan kotornya mendapatkan ± Rp 25.000/trip/orang, dan pendapatan bersihnya bisa mencapai ± Rp 2.000.000,-.
Biaya eksploitasi untuk alat tangkap gill net pada musim puncaknya mencapai ± Rp 7.000.000,-. Hasil tangkapan yang diperoleh nantinya akan berbeda setiap harinya, karena berdasarkan wawancara dari salah satu responden mengatakan hasil tangkapan yang didapat tergantung faktor kemujuran atau faktor baik.
Berdasarkan hasil wawancara harga jual yang diperoleh saat musim penangkapan puncak lebih murah ± Rp 8.000/kg dan 3.000/ekor karena akan banyak persaingan untuk munjualnya, pada musim sedang harga jualnya mencapai ± Rp 15.000/kg dan 6.000/ekor, serta pada musim paceklik harga ikan terbilang mahal ± Rp 20.000 – 40.000/kg dan ± Rp 8.000/ekor karena untuk mendapatkan ikan saat penangkapan cukup sedikit. Sedangkan jumlah produksi perbulannya mencapai ± 300 kg/trip/bulan.
d. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dilapangan dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Aspek teknis pada nelayan gill net berupa pengaruh lingkungan perairan terhadap pengoperasian alat penangkapan ikan gill net sesuai hasil wawancara bahwa pengaruhnya ke lingkungan sangat kecil.
Tingkat keterampilan nelayan yang diperlukan pada pengoperasian alat tangkap terbilang termpil. Tingkat teknologi yang digunakan nelayan saat melakukan penangkapan ada yang menggunakan lampu listrik dan genset. Kapasitas muat kapal penangkapan gill net ± 10 - 32 ton.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap presepsi nelayan terhadap keberadaan ikan cakalang tidak tahu. Namun, kecenderungan jumlah hasil tangkapan dari waktu ke waktu terbilang tetap, kecenderungan ukuran yang tertangkap pun tetap sama. Penerimaan masyarakat terhadap alat tangkap ikan gill net rata-rata nelayan menerima karena persaingan dalam penentuan daerah penangkapan ikan sangat kecil.
e. Rincian Aspek Sosial
Berdasarkan wawancara dari ketiga responden nelayan gill net untuk jumlah tenaga kerja mencapai ± 20 – 25 orang yang terbagi 1 Nahkoda, 1-2 orang bagian mesin, 1 orang KKM, dan sisanya ABK untuk melakukan penangkapan ikan. Penerimaan nelayan terhadap jenis alat tangkap semakin banyak, presepsi responden tentang kehabisan ikan mengatakan bahwa ikan yang ada tidak akan habis karena kecenderungan hasil tangkapan dan ukuran ikan terbilang tetap sehingga kemungkinan untuk memiliki alat tangkap sendiri terbilang mungkin.





BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan :
Biaya investasi termasuk komponen biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan.
Biaya operasional merupakan penjumlahan dari biaya variabel dan biaya tetap. Besar biaya variabel sangat tergantung pada jumlah produksi, dalam hal ini banyaknya trip.
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dilapangan dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Aspek teknis pada nelayan gill net berupa pengaruh lingkungan perairan terhadap pengoperasian alat penangkapan ikan gill net sesuai hasil wawancara bahwa pengaruhnya ke lingkungan sangat kecil.
Berdasarkan wawancara dari ketiga responden nelayan gill net untuk jumlah tenaga kerja mencapai ± 20 – 25 orang yang terbagi 1 Nahkoda, 1-2 orang bagian mesin, 1 orang KKM, dan sisanya ABK untuk melakukan penangkapan ikan.
5.2 Saran
Praktikum ini sebaiknya dilakukan sendiri dengan melihat langsung atau terjun langsung kelapangan agar lebih mudah dalam mempelajari dan memahami tekhnik pengoperasia dari gillnet (jaring insang) tersebut.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015.http://cobaberbagidenganteman-teman.blogspot.com/2011/12/alat-tangkap-insang-dasar-bottom-gill.html (Diakses 5 April 2015)
Alim. G. 2013.http://gazalialim0.blogspot.com/2013/03/laporan-praktikum-gillnet.html (Diakses 5 April 2015)
Bakpas,A.L.2011.Variabilitas hasil tangkapan jaring insang tetap hubungannya dengan kondisi oseanografi. Skripsi.fakultas ilmu kelautan dan perikanan.universitas hassanuddin.makassar.
Saputra. 2014.http://denisaputraperikan.blogspot.com/2014/05/laporan-fieldtrip-tpi-dpi.html (Diakses 5 April 2015)
















LAMPIRAN



Tidak ada komentar:

Posting Komentar